Jenis-Jenis Wacana
A. Wacana
1. Pengertian
Wacana
Kata wacana berpadanan dengan kata discourse dalam bahasa inggris.Wacana sering digunakan selain dalam
bidang bahasa dan sastra ,juga dalam
bidang sosiologi ,antropologi,politik ,dan filsafat.Diluar bidang bahasa dan
sastra ,lebih sering digunakan kata diskursus
atau dengan kata sifat diskursif. Dalam
bidang linguistic,kata diskursus jarang dipakai disbanding kata wacana sehingga
discourse analysis menjadi analisis
wacana.
Dalam bahasa inggris dibedakan discourse dan text,yang
pertama berarti spoken discourse “wacana lisan”, seperti ,percakapan ,lelucon,dan
lain – lain,yang kedua berarti written discourse “wacana tulis” seperti
buku,label hasil produksi pabrik obat dan makanan,petunjuk yang dipasang di
tempat umum,dan lain – lain.Bahasa Indonesia hanya mengenal wacana dan untuk
membedakan satu dengan yang lainya ditambahkan kata lisan dan tulis.
Selain perbedaan pada lisan dan tulis,kata discourse dan
text juga menyiratkan adanya perbedaan lain,yaitu dalam discourse ada
interaktif atau dialog, sementara dalam text
hanya ada monolog noninteraktif. Mengenai panjang pendeknya ,sangat
sulit ditentukan karena ada wacana lisan yang pendek sekali,seperti,”Tolong
saya”dan ada juga teks yang pendek sekali,seperti,tulisan distasiun kereta
api,”pintu keluar”.
Dengan memperhatikan contoh wacana lisan dan wacana tulis
yang nyata dalam kehidupan manusia , kita akan bertanya ,lalu apa kira – kira
pengertian wacana ? wacana ,seperti “tolong saya”merupakan kalimat ,sedangkan
pada “pintu keluar”hanyalah sebuah “kelompok kata”dari segi struktur
bahasa.Meskipun dari segi struktur bahasa ,wacana dapat berbentuk seperti
sebuah frase atau kelompok kata,konteksnya telah memberikan makna yang lain
dari pada makna menurut struktur bahasanya.Makna wacana sudah melebihi makna
kalimat,sehingga beberapa ahli linguistik yang menggeluti wacana telah
memberikan pengertian tentang wacana dengan makna melebihi kalimat .mereka
mengatakan bahwa wacana adalah suatu unit bahasa yang lebih besar daripada
kalimat atau suatu rangkaian,yang bersinambung dari bahasa ,yang lebih besar
daripada kalimat. [1]
Definisi yang diberikan oleh para ahli tentu berlainan satu
dengan yang lainya.Pegertian mengenai sesuatu selalu tidak utuh,selalu ada
kekurangan bila dilihat dari sudut pandang yang lain .Demikian juga pengertian
wacana kalau kita menghimpun semua pengertian tentang wacana dari para ahli
.Wacana itu berbicara tentang suatu topic sampai tuntas .Ketuntasanya bias
dilihat nyata ( tersurat ),dalam bentuk rangkain kalimat ,dan dapat juga
tersirat.”pintu keluar”,misalnya,merupakan suatu wacana yang secara tersirat
menyatakan bahwa jika ingin meninggalkan tempat ini ,anda harus berjalan
mengikuti arah itu,karena kalau tidak ,anda tidak dapat keluar dari gedung atau
ruang ini.
Kata wacana secara umum menagacu pada artikel, percakapan,
atau dialog, karangan, pernyataan .pada KBBI makna wacana adalah bahan bacaan
,percakapan,atau tuturan .Kata wacana digunakan sebagai istilah yang merupakan
padanan dari istilah discourse dalam bahasa inggris.
Menurut Harimurti
Kridalaksana ( 1985: 184 ),Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam
hierarki gramatikal, merupakan satuan gramatikal atau satuan bahasa tertinggi
dan terbesar .[1]
Menurut Samsuri
(1988: 1 ) Memandang wacana dari segi komunikasi.Menurutnya dalam sebuah
wacana,terdapat konteks wacana ,topic ,kohesi,dan koherensi[1].
Jadi wacana adalah susunan ujaran yang merupakan satuan
bahasa terlengkap dan tertinggi,saling berkaitan dengan koherensi dan kohesi
berkesinambungan membentuk satu kesatuan untuk tujuan berkomunikasi ,baik
secara lisan maupun tulisan.
2. Jenis
Wacana
a.
Wacana Lisan
Jauh sebelum manusia mengenal huruf,bahasa telah digunakan
oleh manusia.manusia memakai bahasa lisan dalam berkomunikasi.bahasa lisan
menjadi bahasa yang utama dalam hidup manusia karena lebih dahulu dikenal dan
digunakan oleh manusia dari pada bahasa tulis.karena itu tidaklah mengherankan
bahwa sebagian besar manusia masih berada dalam budaya lisan.
Karena sering digunakan,bahasa lisan memiliki ciri – ciri
yang berlainan dengan bahasa tulis .Salah satunya yang menonjol adalah sering
terjadi penghilangan bagian – bagian tertentu,yang dapat menghilangkan
pengertian wacana ,jika salah satu partisipanya ( pembicara dan pendengar )
belum terbiasa seperti pada contoh berikut :
wati : “Nunung, ke
mana?”
Nunung : “Biasa”.
Pada wacana diatas wati dapat mengetahui bahwa nunung akan
pergi,misalnya kewarung untuk makan roti panggang ,karena pada saat seperti ini
kebiasaan nunung makan roti panggang diwarung x . Bagi orang lain yang belum
mengenal kebiasaan nunung,wacana diatas tidak dapat dimengerti . Ia tidak dapat
menarik kesimpulan yang tepat .Pertama,Karena ia mengetahui bahwa tidak ada
lokasi yang bernama “Biasa”tidak
mengacu kepada suatu tempat yang pasti dan
kedua,ia belum mengenal kebiasaan atau memiliki “Pengetahuan yang telah
diketahui bersama “ ( Common ground ) dengan nunung.
Manusia lebih sering menggunakan wacana lisan yang pendek
.Satuan – satuan atau unit – unitnya pun pendek dan kadang tidak gramatikal[2], seperti
percakapan nunung dan wati diatas.Jarang ditemukan wacana lisan yang panjang
.Kalaupun ada,biasanya maknanya terus menerus diulang,seperti dalam
mengungkapkan kekesalan hati.
Dalam mengutarakan maksud dengan wacana lisan,tidak hanya
unsur bahasa tetapi juga digunakan gerakan tubuh,pandangan mata ,dan lain –
lain,yang turut memberi makna wacana itu .
Jika pengutaraan maksud memakan waktu yang cukup
lama,diperlukan adanya daya simak yang tinggi dari partisipan lainya.
Contoh : perkuliahan memerlukan perhatian
dan daya simak mahasiswa untuk menangkap inti perkuliahan yang diujarkan
dosen.Karena konsentrasi dan daya simak seseorang tidak dapat bertahan terus
menerus dalam waktu yang lama,maka perkuliahan menggunakan juga alat untuk
wacana tulis agar inti materi perkuliahan dapat diingat oleh mahasiswa.
Kelemahan wacana lisan adalah kesulitan dalam mengulang
kembali wacana dengan sama tepat seperti yang pertama.Kelemahan wacana ini jga
menyebabkan wacana lisan,sebagai bahan bukti,dalam bidang hukum memiliki
kedudukan yang paling lemah disbanding wacana tulis.
Dengan uraian diatas dapat dibuat ciri – ciri wacana lisan
sebagai berikut :
a.
Wacana lisan memerlukan daya simak
yang tinggi agar interaksi tidak terputus
b.
Wacana lisan sulit diulang,dalam
arti mengulang hal yang sama dengan ujaran pertama
c.
Wacana lisan dapat dilengkapi dengan
gerakan anggota tubuh untuk memperjelas makna yang dimaksud
d.
Wacana lisan menyatukan partisipanya
dalam satu situasi dan konteks yang sama.
e.
Wacana lisan biasanya lebih pendek
daripada wacana tulis
f.
Wacana lisan juga melibatkan unsure
kebiasaan atau pengetahuan yang telah diketahui bersama (common ground) ,yang
ada pada satu keluarga atau kelompok dan
g.
Wacana lisan sering melibatkan
partisipanya secara langsung.
b.
Wacana Tulis
Wacana tulis mulai dikenal setelah ditemukan huruf,Huruf
dibuat untuk mengganti peran bunyi bahasa sehingga biasanya orang mengatakan
bahwa huruf adalah lambang bunyi.Huruf – huruf itu dipelajari manusia dan
kemudian digunakan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain yang tinggal
berjauhan.
Meskipun banyak wacana tulis yang panjang,ada juga wacana
tulis yang pendek,wacana seperti ini banyak dijumpai di iklan ,distasiun kereta
api ,diswalayan ,dan dijalan .
Contoh:
a.
Pintu keluar
b.
Semua kopi hitam sama,soal rasa ayam
merak
c.
Awas! tegangan tinggi !
d.
Kocok dulu sebelum diminum
Wacana tulis yang pendek, seperti diatas sangat mirip dengan
wacana lisan,seperti penghilangan bagian tertentu dari wacana itu,penyatuan
saat dan tempat yang sama bagi penulis dan pembaca,dan penggunaan bentuk –
bentuk informal.
Dari uraian diatas dapat dibuat ciri –ciri sebagai berikut :
a.
Wacana tulis biasanya panjang dan
menggunakan bentuk bahasa yang baku
b.
Wacana tulis dapat dilihat kembali
tanpa ada perbedaan unit – unit kebahasanya
c.
Wacana tulis biasanya mempunyai
unsur kebahasan yang lengkap ( Tidak ada penghilangan bagian – bagianya).
a.
Jenis wacana dilihat berdasarkan
jumlah peserta yang terlibat pembicaraan dalam komunikasi yaitu :
1) Wacana
monolog
Pada
wacana monolog pendengar tidak memberikan tanggapan secara langsung atas ucapan
pembicara .Contohnya pidato,ceramah.
2) Wacana
dialog
Apabila
peserta dalam komunikasi itu ada dua orang dan terjadi pergantian peran (feed
back) Contohnya antara dua orang yang sedang mengadakan perbincangan
disekolah,(bisa resmi atau tidak resmi ).
3) Wacana
polilog
Apabila
peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran.
Contohnya
perbincangan antara beberapa orang dan mereka memiliki peran pembicara dan
pendengar ( bisa resmi atau tidak resmi ).
b.
Wacana ditinjau dari tujuan
berkomunikasi
1)
Wacana Argumentasi
Menurut
( Rottenberg,1988: 9 ).Karangan
argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha mempengaruhi
pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang
didasarkan pada pertimbangan logis dan emosional .
Menurut
( Gorys Keraf,1995:10 ) Argumentasi
adalah semacam bentuk wacana yang berusaha membuktikan suatu kebenaran .Sebuah
argumentasi berusaha mempengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain
untuk menerima suatu kebenaran dengan mengajukan bukti – bukti mengenai objek
yang diargumentasikan itu.
2)
Wacana Eksposisi
Karangan
atau wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima (
Pembaca ) agar yang bersangkutan memahaminya.Eksposisi adalah suatu bentuk
wacana yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga memperluas pandangan atau
pengetahuan pembaca.wacana ini digunakan untuk menjelaskan wujud dan hakikat
suatu objek.misalnya menjelaskan pengertian kebudayaan,komunikasi,perkembangan
tekhnologi ,pertumbuhan ekonomi kepada pembaca.
3)
Wacana persuasi
Wacana
persuasi adalah wacana yang bertujuan mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan
perbuatan sesuai yang diharapkan penuturnya.untuk mempengaruhi pembacanya
,biasanya digunakan segala daya dan upaya yang membuat mitra tutur terpengaruh.
Untuk mencapai tujuan tersebut ,wacana persuasi kadang menggunakan alasan yang
tidak rasiona.persuasi sesungguhnya merupakan pernyimpangan dari
argumentasi,dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain atau para pembaca.
persuasi lebih mengutamakan untuk menggunakan atau memanfaatkan aspek – aspek
psikologis untuk mempengaruhi orang lain.Jenis wacana persuasi yang paling
sering ditemui adalah kampanye dan iklan .
Contoh
wacana iklan sebagai berikut.
“Pakai
daia,lupakan yang lain.Dengan harga yang semurah ini,membersihkan tumpukan
pakaian kotor anda,menjadi bersih cemerlang”.
4)
Wacana Deskripsi
Wacana
deskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu
hal sedemikian rupa sehingga objek itu sepertinya dapat dilihat,dibayangkan
oleh pembaca ,seakan – akan pembaca dapat melihat sendiri.Deskripsi memiliki
fungsi membuat para pembacanya seolah melihat barang – barang atau
objeknya.objek yang dideskripsikan mungkin sesuatu yang bias ditangkap dengan
panca indra kita ,contohnya, sebuah hamparan sawah yang hijau dan pemandangan
yang indah ,jalan – jalan kota ,tikus – tikus selokan ,wajah seorang yang
cantik molek atau seorang yang bersedih hati ,alunan music dan sebagainya.
5)
Wacana Narasi
Wacana
narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita.pada wacana narasi
terdapat unsure – unsure cerita yang penting ,seperti
waktu,pelaku,peristiwa.Adanya aspek emosi yang yang dirasakan oleh pembaca dan
penerima .Melalui narasi,pembaca atau penerima pesan dapat membentuk citra atau
imajinasi.
Contoh:
Sewaktu
aku duduk diruang pengadilan yang penuh sesak itu menunggu perkara ku
disidangkan,dalam hatiku bertanya – Tanya berapa banyak orang – orang hari ini
disini yang merasa,seperti apa yang
kurasakan bingung,patah hati,dan sangat kesepian .Aku merasa seolah – olah aku
memikul beban berat seluruh dunia di pundakku.
c.
Jenis wacana dilihat dari bentuk
saluran yang digunakan
Saluran yang digunakan dalam berkomunikasi,dapat dibedakan
menjadi wacana lisan dan wacana tulisan,Wacana tulisan adalah rangkaian kalimat
yang ditranskip dari rekaman bahasa lisan.Adapun wacana tulis adalah teks yang
berupa rangkaian kalimat yang menggunakan ragam tulis,contohnya :
percakapan,khotbah ( spontan ,dan siaran langsung diradio atau tv .Wacana tulis
dapat kita temukan dalam bentuk buku,berita ,Koran,artikel,makalah.
- Alat – alat Pembentuk Wacana
Alat – alat pembentuk wacana merupakan unsur – unsur yang
membangun atau membentuk wacana.Alat – alat pembentuk wacana juga disebut
elemen – elemen wacana.Elemen yang pertama adalah judul teks,elemen yang kedua
adalah tubuh teks. Tubuh teks juga terdiri dari 4 elemen,yaitu paragraph
1,paragraph 2,paragraph 3,dan paragraph 4 .
Adapun persyaratan gramatikal dalam wacana dapat di penuhi
atau dalam wacana itu sudah terbina yang di sebut adanya keserasian
hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana tersebut. Bila wacana itu
kohesif , akan terciptalah kekoherensian yaitu isi wacana yang apik dan benar.
Kekohesifan itu dicapai dengan cara pengacuan dengan
menggunakan kata ganti –nya mari kita lihat! Kalimat (1) adalah kalimat bebas,
kalimat utama yang berisi pernyataan, bahwa sekarang di Riau amat sukar mencari
terubuk. Kalimat (2) adalah kalimat 3terikat, yang di kaitkan dengan kalimat
(1) dengan menggunakan kata gantinya-nya pada kata ikannya dan telurnya yang
jelas mencakup pada terubuk pada kalimat (1). Kalimat (3) juga di kaitkan
dengan kalimat (1) dan kalimat (2) dengan menggunakan kata ganti -nya pada kata
harga-nya yang juga jelas mencakup pada kata terbuk pada kalimat (1). Lalu,
kalimat (4) merupakan kesimpulan terhadap pernyataan pada kalimat (1), (2) dan
(3), yang di kaitkan dengan bantuan konjungsi antar kalimat makanya.
Kekohesifan wacana itu di lakukan dengan mengulang kata
pembaharu pada kalimat (1) dengan kata pembaharuan pada kalimat (2); serta
mengulang frase perubahan jiwa pada kalimat (2) perubahan pada kalimat (3).
Adanya pengulangan unsure yang sama itu menyebabkan wacana itu menjadi
kekoherens dan apik. Namun, pengulangan-pengulangan seperti di atas yang tampak
kohesif, belum tentu menjamin terciptanya kekoherensian. Jadi syarat
terbentuknya wacana apabila adanya kohesif dan koherensi.
Alat-alat gramatikal yang dapat digunakan untuk membuat
sebuah wacana menjadi kohesif, antara lain adalah
1.
Konjungsi, yakni alat untuk menghubung-hubungkan
bagian-bagian kalimat; atau menghubungkan paragraf dengan paragraph.
Dengan penggunaan konjungsi ini, hubungan itu menjadi lebih eksplisit[3][5], dan akan
menjadi lebih jelas bila dibandingkan dengan hubungan yang tanpa konjungsi. Contohnya:
Raja sakit. Permaisuri meninggal.
Pada contoh diatas, hubunngan antara kalimat pertama dengan
kalimat kedua itu tidak jelas: apakah hubungan penambahan, apakah hubungan
sebab dan akibat, atau hubungan kewaktuan. Hubungan menjadi jelas, misalnya diberi
konjungsi, dan menjadi kalimat sebagai berikut:
a.
Raja sakit dan pernaisuri meninggal.
b. Raja sakit karena permaisuri meninggal.
c.
Raja sakit ketika permaisuri
meninggal.
d.
Raja sakit sebelum permaisuri
meninggal
e.
Raja sakit. Oleh karena itu,
permaisuri meninggal.
f.
Raja sakit, sedangkan permaisuri
meninggal.
2. Menggunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini, dan itu
sebagai rujukan anaforis[1]. Dengan menggunakan
kata ganti sebagai rujukan anaforis, maka bagian kalimat yang sama tidak perlu
di ulang, melainkan diganti dengan kata ganti itu. Maka oleh karena itu juga,
kalimat-kalimat tersebut saling berhubungan.
3.
Menggunakan ellipsis, yaitu
penghilangan bagian kalimat yang sama yang terdapat kalimat yang lain. Dengan
ellipsis, karena tidak di ulangnya bagian yang sama, maka wacana itu tampak
menjadi lebih efektif, dan penghilangan itu sendiri menjadi alat penghubung
kalimat di dalam wacana itu.
Selain dengan upaya gramatikal,
sebuah wacana yang kohesif dan koherens dapat juga di buat dengan bantuan
berbagai aspek semantik[1].
Caranya, antara lain:
1.
Menggunakan hubungan pertentangan
pada kedua bagian kalimat yang terdapat dalam wacana. Misalnya:
a.
Kemarin hujan turun lebat sekali.
Hari ini cerahnya bukan main.
b.
Saya datang anda pergi. Saya hadir,
anda absen. Maka, mana mungkin kita bisa bicara.
2. Menggunakan
hubungan generik-spesifik; atau sebaliknya spesifik-generik. Misalnya:
a.
Pemerintah berusaha menyediakan
kendaraan umum sebanyak-banyaknya dan akan berupaya mengurangi mobil-mobil
pribadi.
b. Kuda itu jangan kau pacu terus. Binatang juga perlu
beristirahat.
3. Menggunakan hubungan perbandingan antara isi kedua bagian
kalimat; atau isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana. Misalnya:
a.
Dengan cepat di sambarnya tas wanita
pejalan kaki itu. Bagai elang menyambar anak ayam.
b. Lahap benar makanannya. Seperti orang yang sudah satu minggu
tidak ketemu nasi.
4. Menggunakan hubungan sebab-akibat di antara isi kedua
bagian kalimat; atau isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana. Misalnya:
a.
Dia malas, dan sering kali bolos
sekolah. Wajarlah kalau tidak naik kelas.
b.
Pada pagi hari bus selalu penuh
sesak. Bernafas pun susah di dalam bus itu.
5. Menggunakan hubungan tujuan di dalam isi sebuah wacana.
Misalnya:
a.
Semua anaknya di sekolahkan. Agar
kelak tidak seperti dirinya.
b.
Banyak jembatan layang di bangun di
Jakarta. Supaya kemacetan lalu lintas teratasi.
6. Menggunakan hubungan rujukan yang sama pada dua bagian
kalimat atau pada dua kalimat dalam satu wacana. Misalnya:
a.
Becak sudah tidak ada lagi di
Jakarta. Kendaraan roda tiga itu sering di tuduh memacetkan lalu lintas.
b.
Kebakaran sering melanda Jakarta.
Kalau dia datang si jago merah itu tidak kenal waktu, siang ataupun malam.
- Analisis Wacana
Seperti dikatakan stubbs ( 1983: 1),Analisis wacana
merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara
alamiah,baik dalam bentuk tulis maupun lisan.Penggunaan bahasa secara alamiah
adalah bahwa penggunaan bahasa ,seperti dalam komunikasi sehari – hari.Data
dalam wacana dapat berupa teks,baik teks lisan,maupun teks tulis. Istilah
kalimat digunakan dalam ragam bahasa tulis,sedangkan ujaran digunakan untuk
mengacu pada kalimat dalam ragam bahasa lisan.
Dalam analisis wacana berlaku dua prinsip,yakni prinsip
interpretasi local dan prinsip analogi.
Prinsip Interpretasi local adalah prinsip interpretasi
berdasarkan konteks,baik konteks linguistic maupun konteks
nonlinguistic.Konteks nonlinguistic yang merupakan konteks local tidak hanya
berupa tempat,tetapi juga dapat berupa waktu,ranah penggunaan wacana,dan
partisipan.
Prinsip interpretasi analogi adalah prinsip interpretasi suatu
wacana berdasarkan pengalaman terdahulu yang sama atau yang sesuai.Konteks yang
diperhatikan adalah yang paling relevan saja dengan situasi yang sedang
berlangsung karena pengalaman terdahulu sudah cukup membantu untuk memahami
wacana.
Dalam analisis wacana juga terdapat istilah kohesi dan
koherensi.Istilah tersebut telah dibahas secara sekilas diawal kegiatan belajar
ini.
Kohesi mengacu pada hubungan antar bagian dalam sebuah teks
yang ditandai oleh penggunaan unsure bahasa sebagai pengikatnya .Untuk
menghubungkan informasi antar kalimat.Contoh kata yang digunakan,seperti kata selain,sebab,ini,itu,dan.Koherensi
adalah kepaduan gagasan antar bagian dalam wacana.dalam sebuah wacana pada tiap
kalimatnya terdapat kepaduan gagasan.
- Penyusunan Wacana Sederhana dengan memperhatikan kaidah bahasa.
Dinegara – Negara maju, makanan untuk kebutuhan – kebutuhan
khusus,seperti untuk diet penurunan berat badan atau diet diabetes,sudah lazim
dan bias dengan mudah diperoleh sehingga merka yang tidak berdiet,tetapi sudah
peduli pada kesehatanya pun bias memanfaatkan produk macam ini .Mungkn sekarang
ini sudah saatnya pula anda memanfaatkan dengan cara mengkonsumsi produk
sejenis .Anda ingin sehat ,bukan?(Diambil dari Majalah fit No.9/VII/September
2003)
Dalam wacan tersebut,terdapat hubungan kohesi, misalnya
terdapat kata makanan untuk kebutuhan khusus seperti diet (Kalimat 1),pada kalimat – kalimat berikutnya juga
terdapat pengulangan – pengulangan kata tersebut,dengan menggunakan kata produk
macam ini (kalimat 3)atau produk sejenis (kalimat 4).Pada wacana ini pun
terdapat hubungan koherensi ,yaitu
terdapat kaitan makna atau ide antara kalimat pertama dengan kalimat – kalimat
berikutnya .Kalimat (2) ,merupakan penjelasan dari kalimat (1) ,dan kalimat
(3),merupakan penjelasan dari kalimat (2)begitu seterusnya .
Pada wacana tersebut,juga tedapat prinsip interpretasi
local,misalnya terdapat kata ,negara-negara maju,sekarang .sedangkan untuk
prinsip interpretasi analogi,pembaca wacana tersebut tentunya dapat
mengiterpretasi isi wacana tersebut sesuai dengan pengalamanya dalam mengetahui
tentang baiknya mengkonsumsi makanan berkalori rendah demi kesehatanya .
DAFTAR
PUSTAKA
Rosdiana,Yusi.2009.Bahasa dan sastra
Indonesia di SD.Jakarta; Universitas
Terbuka
Hayon ,Yoseph.2007.Membaca dan Menulis Wacana ,Petunjuk Praktis
bagi mahasiswa,Jakarta ; Gramedia.
http://wiwiklistiawati.blogspot.com/2011/06/wacana-bahasa-indonesia.html
Blackjack | Slots and Casino Games 2021
BalasHapusFind the best 코인 갤러리 Blackjack casino games in the USA. Learn about 이빨빠지는꿈 the casino software, software, bonuses, casino games, poker, 오피주소 live seda bet dealer 유니 벳 games,